Minggu, 19 Januari 2014

Our Feeling

Namja itu mencium dahinya lembut “kau benar-benar akan pergi. Kita baru saja melakukannya semalam, Apa tidak sakit?” tanya-nya lembut, matanya mengisyaratkan khawatir yang berlebihan pada istrinya itu

Jangan memandangku seperti itu Donghae-ah

“tidak apa-apa, kami sudah lama tidak bertemu. Lagipula hal bahaya apa yang akan dilakukan saat reoni SMA sih?”

Maaf. Maaf. Maaf.

“kau benar. Jangan minum Alkohol terlalu banyak oke?”

“ya” sahut sang istri—Choi Youmin tersenyum manis, meyakinkan suaminya bahwa ia baik-baik saja

“mau kujemput?” tanyanya lagi. Sangat menyesal karna dia tak bisa mengantarkan Youmin ke tempat reoni SMA-nya karna rapat -sialan- yang lagi-lagi mengganggu acara liburannya

“tak apa. aku pergi naik taksi”

“Baiklah Chagi, aku pergi, Saranghae”

“ya, hati-hati”

Maaf Donghae-ah, setelah ini aku berjanji akan jadi istri yang baik.

***
Room 904, Treasure Hotel

Dia tersenyum. Sangat manis untuk ukuran seseorang yang sedang menangis.

Ya dia menangis.

Dan itu karna kau, Youmin pabo.

Batinnya meringis nyeri. Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik, matanya memandang penuh emosi pada namja yang masih tak menyadari kehadirannya itu.

“Kyu” ucapnya lirih, niatnya untuk menghampiri namja itu seolah tak sejalan dengan tubuhnya yang terpaku.

Mata itu…

Nafasnya tercekat. Dia selalu menginginkan onyx itu kembali menatapnya.

‘Tapi tidak seperti ini’ batinnya berteriak.

Namja itu tersenyum kembali. Senyum yang berbeda. Senyum yang dibencinya.

“Hai” matanya memanas. Deep voice itu kembali menghampiri telinganya. Sangat halus, tak seperti suara rekaman yang menjadi kebutuhannya menjalani hidup sepuluh tahun ini.

Dia masih berdiam disana, memandang sosok ‘Kyu’ yang menghampirinya perlahan, punggung tangannya mengusap sekilas air mata yang memenuhi wajahnya

DEG

Jantungnya mulai menunjukkan reaksi. Rasanya cukup menyakitkan ternyata.

Terlalu erat. Terlalu hangat. Terlalu sama.

“aku merindukanmu” Yeoja itu—Youmin menggigit bibirnya. Tenggorokannya mengeluarkan dengungan samar sebagai balasan.

Youmin mencengkram erat ujung kemeja namja itu, makin mengerat saat benda kenyal menubruk bibirnya.

Nafasnya tersendat, membagi antara isakan dengan perasaan rindu yang membuncah pada bibir sang namja yang bergerak lembut memangut bibirnya.

***

Keduanya tersenyum. Jemarinya yang mendingin menyentuh tiap wajah itu dengan lembut, memperhatikan dengan seksama setiap penegasan pada wajah itu “kau terlihat sehat, Kyuhyun-ah”

Sosok itu tersenyum kecil, dengan mata yang masih terpejam ia menyahut “kau tidak suka?”

Ya. Aku tidak suka. Sama sekali tidak suka.

“aku suka melihat senyummu” ucap Youmin tidak berusaha berbohong

Kelopak mata Kyuhyun terbuka, matanya memandang penuh hasrat pada Youmin yang masih menangkup kedua pipinya “aku akan selalu tersenyum untukmu”

Bibir itu kembali memangutnya, sedikit menuntut hingga Youmin membiarkan lidah panas Kyuhyun melewati bibirnya. Menyapu segala yang dia rindukan didalam sana.

“eughh..” lenguh Youmin. Ciuman Kyuhyun selalu terasa memabukkan. Membuatnya selalu melupakan segalanya.

Terlebih saat kulit telanjang Kyuhyun bergesekan dengan lengannya.

Perlahan jemari Kyuhyun membuka setiap Kancing Dress-nya. Youmin tak peduli, yang ia inginkan hanya mendorong tengkuk Kyuhyun untuk memperdalam ciuman mereka.

“hh hah” hembusan nafas mereka bersautan. Keduanya sama-sama tersenyum melihat warna merah keunguan yang tergambar didaerah bahu mereka.

Segala emosi rindu, kecewa dan gairah tergambar disana “kau juga terlihat sehat, Min-ah” suara Kyuhyun terdengar samar ditelinga Youmin.

Jika seseorang perlu video porno untuk horny, Kyuhyun hanya perlu waktu dua menit memandang Youmin

Kontak mata itu kembali terputus saat Kyuhyun kembali menyatukan bibir mereka. mengecap setiap rasa yang selalu ingin ia ingat untuk selamanya.

Cklik.

Bunyi pengait Bra Youmin yang terlepas seakan menjadi pertanda ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka.

“k-kyu.. hh…” Youmin mendongakkan kepalanya, memberikan jalur pada bibir Kyuhyun yang mengecup setiap sudut yang dilaluinya.

“ahhh” desahnya saat Kyuhyun mulai menyapukan lidahnya eorelanya menghisapnya keras untuk memancing Youmin bersuara lebih keras

Benar. Mendesahlah untukku Choi Youmin. Sebut namaku. Panggil aku dan aku akan melayanimu.

“K-Kyuhyun” Pekiknya saat Kyuhyun memindahkan kulumannya ke nipple Youmin yang mengeras, menyedotnya keras seakan bisa mengeluarkan segala yang yeoja itu punya untuknya mala mini.

Jemarinya bergerak, menyusuri setiap jengkal tubuh Yeoja yang entah sejak kapan sudah polos seperti dirinya.

Bibirnya berhenti bekerja, meskipun begitu tangannya bekerja lebih aktif dibawah sana, menggoda Kiltoris Youmin dengan gesekan cepat  “Kau milikku bukan, malam ini aku hanya milikmu bukan?”

“Ah.. Kyu-Kyuhyun-ahh, m-masukkan” kata Youmin terbata, letupan gairah itu tergambar dimaniknya yang menggelap.

“Benar. Kau milikku. Dan aku milikmu. Memintalah padaku dan akan kukabulkan semuanya” Katanya seduktif sebelum kedua jarinya ternggelam dalam Vagina Youmin dalam sekali hentakkan

“uh hh ahh” desahnya tak beraturan saat jemari itu mengocok miliknya. Ditambah dengan bibir Kyuhyun yang kembali menyerang dadanya yang sudah memerah

Kyuhyun kembali memandangnya dengan pandangan penuh arti. Dengan ke-empat jemari yang masih bergerak liar dibawah sana namja itu berucap “Ayo” katanya singgkat lalu mengganti jari-jari itu dengan kejantanannya yang hampir eraksi melihat pemandangan dibawahnya itu

“AGH!” teriaknya Frustasi saat Kyuhyun malam memasukkan benda panjang berurat itu secara perlahan. Pinggulnya otomatis bergerak sendiri agar kejantanan Kyuhyun menggesek dinding kewanitaannya lebih cepat

“K-Kyu Ahhh KYUHYUN! Cepat!” Teriaknya semakin frustasi karna Kyuhyun hanya memandangnya sambil mengatur nafas.

Dia tidak boleh kelepasan.

Dengan keadaan Youmin yang seperti ini. dia tak mau kelepasan.

“Ah! Kyu! Ah! Ah!” Erang Youmin saat ujung kejantanan Kyuhyun menumbuk benda kenyal didalam dirinya. Pinggulnya ikut bergerak seirama dengan hujaman Kyuhyun yang begitu kuat namun dengan tempo lambat

“Min—pelan, Min emmgh” ucap Kyuhyun diiringi geraman tertahan.

Kau akan kesakitan jika aku terlalu kasar, sayang

“Kyuhyun-ah ahhh hh” Tangannya menggapai tengkuk Kyuhyun, menubrukkan keras kedua bibir mereka.

“emmh..” desah mereka tertahan. Ciuman Kyuhyun tetap seliar biasanya sesekali ia akan menyedot lidah Kyuhyun yang sedang menari didalam mulutnya, meneguk saliva mereka yang tercampur seolah bisa membuat panas ditubuhnya mendingin.

“emh.. maaf min, maaf” Kata Kyuhyun, badannya menghentak lebih keras. Lebih cepat.

“Ah! Ah! Ya ahh begitu sayang… Ahh” tubuhnya terhentak cepat meskipun pinggulnya tak lagi bergerak sendiri seperti tadi.

“Ah.. min! hh emmh” hujaman itu makin menguat saat dirasa kejantanannya berkedut hebat didalam sana

“AHH!!” Erang mereka berdua saat keduanya mencapai Klimaks.

Hangat. Sperma Kyuhyun adalah yang paling baik saat udara AC yang dingin menerpa tubuh panasnya.

“hh hh hah” desahan mereka saling bersautan, lantunan melodi yang mengandung unsur gairah paling merdu ditelinga mereka

Sreet sreet

Kembali Kyuhyun menggerakkan kejantanannya yang kembali eraksi “Min…”

“Ah! Kyu… hhah hh” kedua mata mereka berpandangan dengan mulut yang tak berhenti mengeluarkan desahan mata itu tetap bertaut layaknya tubuh mereka

“Min.. ah hh ah!”

“ohh, Kyu… Cho Kyuhyun!” Youmin kembali merasakan Klimaksnya. Diatasnya Kyuhyun berhenti, menunggu Youmin menyelesaikan rasa menggelitik itu untuk sesaat sebelum kembali menghujamkan miliknya

“Kyu.. ahh oh!” Tubuhnya mengejang saat kejantanan Kyuhyun kembali berkedut, ia kembali menggerakkan pinggulnya untuk mencapai Klimaks yang bersamaan dengan Kyuhyun

“Kyu.. ak-u ahh hh”

“Aku juga sayang” sahutnya tertahan desahannya

“AHHH” Teriak mereka bersamaan saat Klimaks kembali membuat pandangan mereka memutih

***

“Youmin-ah” panggil Kyuhyun lirih, Tangannya melingkar ditubuh polos Youmin yang tidur menyamping.

“eum?” Youmin tak banyak bergerak, tak mau membangunkan kejantanan Kyuhyun yang masih berada didalamnya

Paling tidak sampai besok pagi.

“Aku mencintaimu”

Youmin tersenyum lebar, letih karna kegiatan mereka beberapa saat lalu terasa mengambang “aku tau”

“apa kau juga?”

“Selalu. Selalu mencintaimu, Kyuhyun-ah”

***

Manik itu menatap angkuh Kyuhyun yang menunduk “Aku sudah memenuhi janjiku. Penuhi janjimu Cho Kyuhyun”

“ya”

“Apa?” kata namja dengan pandangan dingin itu mengejek

“ya, Master”

“Buka bajumu” Kyuhyun memejamkan matanya, menggigit bibirnya seraya meyakinkan inilah pilihannya. dia telah mengambil kesempatan yang Choi itu berikan, dan dia harusnya tahu diri dan tak lagi menunjukkan tampang tersiksa.

Perlahan namja itu membuka seluruh pakaiannya dan kembali mendudukkan diri di kasur king size yang sedari tadi dia duduki

“Dengan Kyuhyun-ah. Kau milikku. Selamanya kau hanya milik Choi Siwon”


Ya, dia akan bahagia dengan suaminya. Dan Aku akan menjalani hariku dengan Choi Siwon. Master seorang Cho Kyuhyun

***
ah, ah, ah... udah lama gak nulis lagi. eh nulis NC lagi. pada ngerti gak ceritanya. jelimet ya? maksudnya sih ini nyeritain tokoh Youmin dan Kyuhyun yang ketemu lagi karna 'diperbolehkan' sama masternya si Kyuhyun yaitu Siwon -iya, abang siwon maaf, disini Min bikin situ jadi gay yang ngebeli Kyuhyun-. nah si Youmin ini udah jadi istrinya Donghae yang buta sama hubungan perasaannya Youmin yang sebenernya cintanya cuma buat Kyuhyun. ya, gitu deh. oke? Annyeong!

Rabu, 10 Juli 2013

Only Things About Them


Seharusnya sama aja. Mereka gak ada bedanya kayak semua manusia-manusia yang pernah gue temuin, sebenernya. Beberapa saat setelah gabung sama mereka, rasanya hampir sama kayak udah bertahun-tahun gue deket sama sohib gue—yang gue anggap saudara sendiri.

Seharusnya emang mereka sama aja kayak yang lain. Ada yang tipe blak-blakkan, kekanakan meskipun omongannya lumayan nyelekit, ada juga yang gue rasa punya kepribadian yang hampir sama kayak gue. Topeng.

Fi, lo pasti marah kalo lo liat ini. Gue disini udah kayak bandingin lo sama mereka yang bahkan gak ada setengah dari waktu kita temenan. Jelas kita udah dari kelas satu SMP lah yang ini bahkan gue baru bener-bener ngeh nama dan tabiatnya pas kelas satu SMK semester dua. Lo tau lah fi, no realition ship no comment. Itukan yang selalu gue terapin dikehidupan gue?

Mereka itu ya fi, kalo di inget-inget lagi gak ada bedanya sama ‘rekan’ SMP kita. Terus kenapa kali ini beda? Gue juga gak tau. Gue ngerasa punya seseorang sama mereka. Kalo sama lo gue ngerasa lo ngebiarin gue karna lo yakin gue udah mikir tentang apa yang gue lakuin. Kita curhat—tepatnya elo curhat dan gue ngedengerin sekalian ikut campur sama masalah lo dikit-dikit. Tapi...

Lo tau gak gue gak bisa selepas itu buat nyebutin apa masalah gue ke elo?

Gue selalu merasa lo masih kecil, masih polos, gak tau apa-apa dan yang perlu gue lakuin adalah ngedukung elo dan ngehandle semuanya sendiri. 

—Lo gak usah mikir macem-macem. Seinget gue, gue gak ada masalah berat kok. Gak kayak disinetron-sinetron yang selalu punya masalah disetiap tokohnya—Apalagi yang gak pernah nganggep yang lain penting kayak gue.

Tapi yang namanya remaja mah ada aja, kan?

Pertama kali gue masuk kelas gue kira gue bakal jalanin dengan topeng yang sama kayak waktu gue SMP. 
Sok sibuk dan gak mentingin sekitar biar yang lain gak deket-deket sama gue.

Apalagi waktu itu gue langsung dapetnya bangku dibelakang. Gak dipojok karna disitu ada Pipeh. Dari sana gue udah ngerasa: tiga tahun ini gak bakal ada yang berubah, as real—gue benci perubahan. Lebih gondok daripada gue dikerubungin, lebih benci daripada gue dicuekin. Jadi gue kira

—It’s fine. Gue cuma perlu beberapa minggu sekali ngumpul sama afifah sama mafisah buat ngatasin kebosenan gue masang topeng kalem yang males ngomong dan semua akan berjalan sesuai semestinya.
Tapi ternyatak enggak.

Pipeh ternyata suka K-pop. Jiwa yang telah lama terpendam –karna afifah itu Vampire addict dan Mafisah yang lebih tertarik sama cowok-cowok-yang-sebenernya-gak-sebrapa-itu— muncul kembali.

Kita ngomongin dari SHINee yang lagi gue demen-demenin sampe Junhyung BEAST yang dia koar-koarin jadi cowoknya. Dari yang dulu cuma gue tau nama satu personilnya. Iya itu Kyuhyun yang ternyata pas gue kelas 2 SMP baru tau dia itu satu grup sama yang nyanyi lagu kesukaan gue -miracle- yang punya Suju. Sampe boyband pertama yang gue tau, yang gue ikutin beritanya dikit-dikit karena keterbatasan gue yang males kewarnet. Dan tentunya gue masih inget lagu pertama gue.–Love in the ice.  Yang sampe sakarang gue gak tau –dan gak nyari tau- apa arti lirik lagu DBSK itu. 

Kita ngomongin banyak hal sampe gue lengket banget sama dia. Beberapa minggu gue sebodo amat—yang penting gue punya temen ngobrol disela ketidak-sukaan-gue-sama-akuntansi. Tapi setelah itu gue mikir:

Oh, gue gak nyangka bisa dapetin ‘temen’ Cuma dalem beberapa minggu. 


Gue udah nyantai-nyantai aja gelendotan ditangan lo, peh. Padahal sama afifah aja dia butuh lebih dari satu tahun buat gue biarin ngegandeng gue dengan tenang tanpa gue tepis sama sekali.

Tapi itu gak selamanya berdampak baik. Dan bener kata gue—gue emang gak pernah sepakat sama perubahan. Makin lama gue makin bergantung sama lo, peh. Dan makin lama gue makin sadar, kalo begini rasanya jadi afifah.

Gue frustasi. Jelas. Gue gak suka perubahan dan sekarang gue lagi ngalamin itu. Otomatis gue harus beradaptasi lagi. Belom cukup waktu gue buat nenangin diri lo dateng, mil. Tadinya gue biasa-biasa aja karna ica juga biasa gue cengirin gara-gara gue sama pipeh berisikin Kpop dibelakang dia dan dia kayaknya keganggu.

Tapi gue bodo-in amat. Dan sampe sekarang kayaknya ica juga gak sadar -atau gak mau tau- kalo dulu gue punya perasaan sebodo itu sama dia.

Awalnya sih ya mil, gue ngerasa. Asik nih, bisa ada yang diajak ngomong selain pipeh—karna menurut otak jenius gue yang kadang Pentium dua itu : lo itu cukup ngejalanin apa yang ada didepan elo, dikasih ini lo terima, dikasih itu lo juga gak nolak.

Dan setelah sekian lama gue baru sadar dengan keberadaan ica. Gue gak begitu inget gimana caranya—ataupun ada maksud tersembunyi apa sampe gue bisa deket sama lo, ca. Gak ada yang kebayang.
Kalo menurut lo gue manfaatin lo pada, lo semua salah.

Baru kali ini gue ngerasa gue butuh seseorang. Dan seseorang dalam kasus ini adalah kalian bertiga. Dari awal—dari sama pipeh pun gue udah gak mikir yang mana yang bakal cocok sama gue. Maksudnya ada disisi gue tapi gak ngeribetin gitu. 

Pas ngobrol sama emil-pun gue sama sekali gak mikir bakal senista apa gue kalo bergaul sama orang yang ngomongnya aja kayak gini. Padahal beberapa hari pertama sesudah masuk sekolah gue udah ngeliat emil di angkot. Disana gue ngerasa. Dia cukup. Cukup gak ngeribetin karna tampangnya yang datar-datar aja –mango maksudnya- dan gak begitu eksis dikelas tapi kayaknya tau-tau aja. Yah mskipun beberapa jam kemudiannya gue udah gak peduli karna gue emang gak tau namanya.

Kalo lo gak dateng ke gue, berarti lo emang bukan bagian gue.


Tapi ternyata malah gue yang ngundang elo, dan terlebih gue baru inget lo adalah cewek-diangkot-waktu-itu pas kita emang udah berempat-berempatnya.

Dan saat gue sadar –itu pas lagi liburan, tapi gue lupa itu libur sabtu-minggu apa libur panjang- 

gue udah terlalu jauh. Dan sisi gak-mau-tau gue berkurang drastis.

Gue tambah shock lagi pas gue sadar abis jalan sama afifah sama mafisah kalo gue bisa panik. gak begitu sadar kalo di SMK ini gue juga udah sering panik. Well—sebelumnya gue gak pernah bener-bener panik sekalipun gue ditinggal sendirian ataupun digosipin yang macem-macem. Dan ini gue panik cuma karna hal yang biasa gue adepin. Kesasar. Yah, buat orang yang bahkan mikir yang mana kanan mana yang kiri kayak gue, itu udah biasa. Buta arah gue emang parah.

Gue cekokin terus bacaan hurt/comfort –situsnya dari pipeh- yang menguras air mata biar gak ada yang sadar kalo gue lagi drop gara-gara gue nemu lagi perubahan dalam kehidupan gue. Iya itu emang novel banget, tapi emang jiwa gue yang gak pernah terombang-ambing dilautan manusia ini emang masih sepolos itu buat nafsirin segalanya. Segalannya berasal dari apa yang gue baca.

Dan FUALLA—

Jadilah gue yang mulai bisa menerima keadaan. Sedikit demi sedikit gue ngelupain kehidupan gue dulu—apalagi afifah sama mafisah lagi susah dikontak. Gue bener-bener nyoba dari awal. Dari bener-bener gak tau apa-apa.

Dan itu beneran. Sekarang gue sadar gue bener-bener nyoba dari polos. Lebih polos dari yang dulu –katanya agung gue polosnya minta ampun kalo udah ada yang bisa ngajak gue ngomong –dan disetujui sama afifah dan mafisah-

Kalo difikir sekarang. Gue yang kayak gitu adalah tipe yang harus dijauhi dulu. Tipe pengganggu yang gak bisa gak keluar jalur. Maksudnya bisa dipengaruhi tapi satu jalan. Kpop. Yak, semua tentang kita berempat dimulai dari kpop.

Dari super junior tepatnya. Ampe sekarang udah pada mencar-mencar sukanya apa. Terakir gue inget ica lagi mencari jati diri pada 2PM, Emil yang gak jelas sukanya apa dia mah kalo gak siwon ya ganti-ganti-udah gue bilang dia mah orangnhya terimaan-, Pipeh tetap setia sama Beast meskipun kita berempat sekarang kalo udah ngomongin EXO lancar. Iya, kita sehati di EXO sekarang. Tapi gue masih sama super junior. Tepatnya gue susah lepas dari sama SMArtist-jangan ungkin JYJ bukan SM, okey?-

Pertama kali sadar gue udah bener-bener berubah, gue takut. Gue bener-bener takut kalo misalkan mereka ninggalin gue, gue gak bisa apa-apa. Bahkan gue memperlakukan Afifah sama mafisah sama kayak kalian. Mereka berdua sampe bilang gue tambah cerewet dan banyak maunya.

Gue sempet diem beberapa hari. Yang ditafsirkan anak-anak itu gue lagi badmood. Yah, meskipun kadang gue berusaha keliatan biasa-biasa aja dan gak diem-diem banget sama mereka. Disitu—saat gue bener-bener balik lagi jadi diri gue yang dulu—maksudnya sosok yang nyebelin itu. Gue nyerahin semua sama mereka.

Kalian bagian dari gue, jadi gue percaya sama kalian


Well, gue emang tipe orang yang Cuma percaya sama diri gue. Gimana cara gue berfikir tentang reaksi-reaksi yang beda-beda dari orang—tadinya malah gue fikir gue bisa masuk psikologi.

Gue percaya kalian gak bakal ninggalin gue kalo tiba-tiba gue lagi dalam kondisi gak mau diganggu untuk waktu yang agak lama. Gue selalu berusaha percaya kalo kalian juga nganggep gue temen—gue gak semuluk itu pengen kalian nganggep gue sahabat.

Itu ikatan beneran sakral banget buat gue. Lebih sakral dari rasa persaudaraan gue sama afifah sama mafisah—dan tentunya sama keluarga gue. 

Dulunya gue gak begitu merhatiin semuanya karna gue rasa mereka gak pantes. Orang jadi temen awalnya mah modus. Dan orang kayak gitu gak pantes buat gue. Dan gue udah lupa gimana caranya gue buka hati buat dua orang sinting yang gue akuin sebagai saudara semati gue itu.

Tapi sekarang—setelah semua perubahan ini gue malah takut. Bisa dibilang gue takut hampir sama semua hal. Gue ngerasa orang serendah gue gak cocok kalo dibandingin sama kalian-maksudnya sama semua orang bukan kalian doang- yang kayak gitu. Yang sehebat itu. 

Makanya gue takut ditinggalin.

Maaf kalo gue gak pernah ngakuin, gue gak mau lo sampe ketawa setan mil. Gue iri sama kalian, sama apa yang kalian bisa tapi gue terlalu gengsi buat belajar—apalagi didepan kalian. 

Kalian gak tau kan gue nahan gengsi gue mati-matian buat belajar sesuatu sama kalian?

Lo pasti ketawa deh ca kalo gue bilang terus terang pas yang kita lagi pemotretan-nya emil. Disitu gue beneran nangis dan bukannya lagi buka fanfiction. Ketakutan gue balik disana. Karna gue ngerasa gak dipeduliin—bukan berarti gue pengen jadi model. Tapi gue pengen diperhatiin juga, makanya gue ikut meskipun gue tau gue bakal capek dan dipaksa gimanapun gue ogah ikut jadi modelnya.

Gue inget banget tuh tiba-tiba gue udah nyesek langsung aja gue nyalain HP, pura-puranya sih ngecek apa gitu. Pas kalian sadar gue baru deh bekoar kalo itu gara-gara fanficnya Kyuhyun. Hari itu gue bener-bener berusaha biar kelihatan biasa-biasa aja. Dari sebelum gue nangispun gue udah berusaha buat ngalihin perhatian gue dengan bertingkah bosen bin sok unyu gitu sambil megangin lighting.  Kalo lo sadar waktu itu gue suka gak sesuai ngarahin itu lighting karna gue gak mau ngeliat kalian.

Gue gak mau kalo gue beneran nangis karna padahal kita bertiga tapi gue ngerasa kalian Cuma interaksi berdua.

—yah, iya sih akhirnya jebol juga.

Ini semua—tulisan paling jujur gue. Bener-bener jujur tanpa editan, tanpa rekayasa karna kalo kalian mau tau gue emang lagi mikirin tentang ini sekarang—pas nulis ini.