Minggu, 09 Desember 2012

A Lover -Part 2-


Desember 2012

“kau senang sekali” wajah Youmin memerah, tapi tak ada niat sedikitpun untuk menyembunyikannya pada suaminya itu “nanti siang Kyunnie akan datang”

Senyum menggoda yang tadi ditunjukkan Donghae memudar, ditatapnya Youmin yang kini menenggelamkan wajahnya didada bidangnya. Namja itu lagi, ya…

“eh?”

Youmin mendongak, memperhatikan lekuk wajah Donghae yang kini tidak menatapnya. Meskipun begitu pinggangnya terasa makin ditarik oleh lengan kokoh itu. “Hae?”

“bukankah kita terlihat sempurna?” ucapnya, Kini Youmin tau. Obsidian itu tengah memandang cermin yang menutupi satu sisi ruang tengah. Menampakkan seorang namja yang sedang memeluk yeoja yang jemarinya –seharusnya- masih berkutat dengan dasi sang namja.

“seharusnya foto wedding kita seperti ini ya, Hae…” balasan yang seperti biasanya. Yeoja itu selalu seperti itu jika Donghae sungguh ingin mempunyai keluarga yang sebenarnya. Meskipun itu bukan dengan Minrin.

“aku akan berangkat” lengan namja itu kembali tergantung lemas disisinya, namun matanya memandang cincin yang dikenakan Youmin selagi yeoja itu memasangkan dasinya.

“jangan terlalu lelah, Lee Youmin” ucap Donghae mengelus lembut surai hitam Youmin “kau takut aku pingsan saat kegiatan malam kita, ya? Kkk~”

Uh? Bahkan ciuman kalian hanya terjadi di pesta pernikahan dua hari lalu.

“Kapanpun kau siap, Youminnie” setelah meninggalkan satu kecupan didahi, Donghae langsung berlalu lagi tanpa menoleh. tanpa melihat tatapan sendu yang dipancarkan Youmin untuk kaca yang tadi ditatap Donghae

Tentu saja, Hanya orang bodoh yang tidak menganggap kelakuan kalian itu mencerminkan keluarga yang sempurna, Lee Donghae.
Tapi…

Cermin. Berarti tidak nyata.

Benar, kan?

0o0

“ikut?” Yeoja itu mengangguk cepat. Semangat sekali, uh?

Oh, benar. Jika ikut orang polos— atau munafik? itu akan bertemu dengan sang namja pujaan.

Mungkin ini akan menyakitkan mengingat Donghae bukan seseorang yang mudah menyembunyikan Skinship.

Tapi apa pedulinya?

“Bagaimana kalau sekalian menginap”

“itu akan mengganggu mereka” Minrin memajukan bibirnya, membuat Kyuhyun tak sanggup untuk menolak permintaan yeoja itu “aish, arra. Tapi kalau Hae Hyung dan Minnie bilang tidak jangan memaksa, ne?”

Wajahnya menunduk. Cih, mana mau yeoja itu menuruti namja tengil macam Kyuhyun? “aish, tapi aku juga merindukan hanneul”

“kau terlalu dekat dengan pelayan itu”

Cup.

Satu kecupan mendarat dihidung bangir Kyuhyun “tapi dia baik, dan kami cukup dekat” Kyuhyun tersenyum menanggapinya

Namja bodoh! Kapan kau mau belajar yeoja itu selalu bisa mendapatkan keinginannya? Dan keinginannya saat ini hanya satu—

—Lee Donghae-NYA

0o0

“Selamat Jalan” yeoja itu membungkuk hormat sembari membukakan pintu belakang untuk tuannya.

“ah, Hanneul-Ssi”

Deg Deg

Bodoh! Bahkan kau melihat namja yang berjarak beberapa centi dari wajahmu itu memeluk yeoja lain. Istrinya! Haruskah kau masih menunggunya?

“Ye? Sajangnim?” Senyum diwajahnya tak pudar, menambahkan kesan Elegan dan cantik meskipun tubuh ramping itu dibalut pakaian maid sederhana yang tak dapat dipungkiri membuahkan kesan manis padanya

Hey! Dia memang bukan pelayan biasa, mungkin bisa dibilang hanya dia satu-satunya ‘Putri’ yang mau menjadi pelayan dikeluarga yang bahkan tak lebih kaya darinya.

Dan Bodohnya, dia tak menyesalinya saat melihat namja itu tersenyum. Senyuman Lee Donghae memang satu-satunya alasan dia berada disana. Tak peduli apa posisinya saat ini, yang paling penting baginya adalah Lee Donghae yang tersenyum…

Padanya.

“Bisakah kau lakukan sesuatu untukku?”

“Ye?”

“Bisakah kau mencari tahu seberapa dalamnya Istriku mencintai Kyuhyun?”

Bahkan sekarang kau sudah terbiasa menggunakan kata kepemilikan itu, eh? Lee Donghae?

“bolehkah aku juga mencari tahu seberapa banyak kau mengingatku, Fishy-ya?” ucapnya lirih sembari melihat mobil Donghae yang mulai meninggalkan pelataran rumah. Seakan memberi tahu pada angin…

…Dia juga ingin dicintai.

Oleh orang yang 13 tahun lalu berjanji akan selalu mencintainya.

***
Januari 1999

Hanneul POV

“begini juga tak apa” senyumnya, selalu sama. Membuatku tak bisa memotong apa yang sedang ia bicarakan

“euh?” dia tak juga menatapku, pandangannya kini terpaku pada jari kami yang mengait “asalkan aku tetap bisa menggenggam tanganmu seperti ini,  apapun yang mereka katakan untukmu tak lagi penting”

Senyumnya… kenapa bisa sesedih itu?

“wae?” hanya itu yang bisa ku katakan. Lee Donghae, Fishy-ya, Jangan pura-pura tidak percaya lagi. “aku percaya padamu”

Aku tak menginginkan jawaban itu, Hae…

“jadi kau tidak mempercayai matamu?” dia membuang wajahnya. aku tau, dia memang sudah mengetahuinya. Karna aku membiarkannya melihat semuanya. Sekalipun aku tau dia tak menyukai darah

“mau kuceritakan sesuatu, Fishy?” aku tak sanggup melihat wajahnya, jadi yang kulakukan hanya menatap langit yang mendung. Hah, kenapa setiap aku memperhatikan langit, langit itu tak pernah cerah, ya?

“aku tak benar-benar dilahirkan. Jika saja percobaan Appa berhasil, aku tak mungkin hidup. Jadi aku dibuat berguna. Senjata bukanlah hal asing lagi bagiku, Hae. Aku tak pernah dituntut belajar, aku dituntut untuk mendengar dan mengasah instingku. Dititik mana aku bisa membunuh sesuatu dengan metode apapun”

Genggamannya menguat. Apa kau sudah mulai takut padaku, Hae? “siapapun orang itu, asal Appa menginginkannya. Aku akan mengakhiri hidupnya dengan cepat”

Aku masih tak berani menatapnya. Hh, Tak biasanya. Meskipun hujan sudah turun, Donghae tak menarikku berteduh.

Ah benar, aku sedang mencoba ‘mematikan’ hatinya. Mana mungkin dia tersenyum dan menarikku berteduh atau main hujan?

“aku tak peduli” samar, mungkin karna air hujan mengenai bibirnya yang berusahan mengatakan hal itu sedari tadi. Aku mendengarnya. Tapi—

Kenapa jawabanmu selalu meleset dari keinginanku, Hae?

“aku akan menunggumu, hingga kau bisa menerimaku yang bahkan tak bisa membunuh seekor burung. Aku berjanji”

“apanya yang berjanji?”

“aku Lee Donghae. Berjanji akan selalu mencintai Park Hanneul, selamanya”

Aku akan percaya, Hae. Jika kau yang mengatakannya, hanya jika itu adalah perkataanmu.

Sekalipun aku tak menginginkannya, aku tetap percaya.

***
lanjut juga ceritanya, hehe. Annyeong!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar